KESOMBONGAN ORANG JAMAN SEKARANG YANG MERASA LEBIH PANDAI DARI ULAMA' JAMAN DAHULU
Sesungguhnya Umat terbaik adalah generasi pertama, kedua, dst..
Dengan kata lain, umat terdahulu itu lebih tinggi derajat ilmu dan amalnya..
Yang paling tinggi ilmu dan amal nya adalah نبي ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰالله ﻋﻠﻴﻪ وسلم اللهم ﺻﻠﻰ ﻋﻠﻴﻪ dimana beliau cukup dengan wahyu.
Pemahaman nabi akan wahyu alqur'an dan hadist qudsi sungguh seluas alam
semesta tiada yang menandingi, dan nabi mengutarakan pemahamannya
berbentuk hadist.
Setelah itu derajat tertinggi adalah para shahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in, dst..
Para tabi'in tidak pernah sekolah, baca kitab-kitab fiqih, dll, mereka
mencari ilmu dengan menghafal alqur'an dan hadist dari lisan gurunya.
Begitu juga para tabi'ut tabi'in..
Boleh jadi yang di hafal sama, yaitu kitab alqur'anil karim, namun belum tentu pemahaman nya sama..
Pemahaman manusia itu tergantung dari seberapa luas daya intelegensia, emosional, dan spiritual nya..
Pemahaman yang benar hanya bisa di dapat dengan ta'lim pada guru yang
bersambung, karena guru dapat membimbing dan meluruskan jika ada
ketidakpahaman.
Ilmu dan amal ad-diinul islam, itu dari zaman ke zaman semakin surut..
Benar memang jika zaman semakin beranjak, maka semakin banyak
kitab-kitab karangan yang bermunculan, namun sebenarnya kitab-kitab itu
hanya syarah dan tafsiran dari kitab induk yaitu alqur'anil karim..
Al-qur'an adalah kitab ad-diinul islam yang sempurna dan menyempurnakan.
Tafsir alqur'an yang pertama adalah Al-Hadits, نبي ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰالله ﻋﻠﻴﻪ وسلم اللهم ﺻﻠﻰ ﻋﻠﻴﻪ adalah wujud al-qur'an yang berjalan.
Lalu di tafsirkan oleh para shahabat dengan fatwa-fatwa mereka.
Di tafsirkan oleh tabi'in, oleh tabi'ut tabi'in, dst
Di tafsirkan oleh para ulama' mujtahid mutlak, para imam madzhab, di syarah oleh ulama' mujtahid madzhab, dst.
Kitab-kitab karangan ulama' zaman sekarang itu adalah syarah dari
ulama'-ulama' sebelumnya, yang terus bertingkat ke ulama' sebelumnya,
sebelumnya, dan sebelumnya sampai para ulama' pendahulunya..
Sehingga pada dasarnya, ilmu diinul islam itu bukannya semakin tinggi tapi semakin menurun.
Tolak ukur kualitas suatu ilmu bukanlah seberapa banyak kitab yang
telah di baca, melainkan seberapa tinggi pemahamannya akan suatu kitab,
dan seberapa cepat dia mengolah dan memahaminya.
Wal hasil, sesungguhnya ketinggian derajat ilmu diinul islam itu bukan di lihat dari wawasan bacaan nya..
Melainkan seberapa kuat taqwa, seberapa tinggi akhlak, dan seberapa besar dia dapat menahan nafsu angkara nya..
Tidak ada komentar :
Posting Komentar