NAVIGASI

Jumat, 03 Februari 2012

MASALAH BOLEHNYA TAWASUL KEPADA PARA NABI, WALI, DAN SEUMPAMA

dua
MASALAH BOLEHNYA TAWASUL KEPADA PARA NABI, WALI, DAN SEUMPAMA
oleh 'aLa Kulli Haal
Pembahasan ilmiah tentang ayat syafa'at ( tawassul ) dgn fahwal khitab dan dalilul khitab
ﺃﻡ ﺍﺗﺨﺬﻭﺍ ﻣﻦ ﺩﻭﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺷﻔﻌﺎﺀ ﻗﻞ ﺃﻭﻟﻮ
ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻻ ﻳﻤﻠﻜﻮﻥ ﺷﻴﺌﺎ ﻭﻻ ﻳﻌﻘﻠﻮﻥ. ﻗﻞ
ﻟﻠﻪ ﺍﻟﺸﻔﺎﻋﺔ ﺟﻤﻴﻌﺎ
Az zumar ayat 43
Bahkan mereka menjadikan yang slain Allah sebagai penolong
( wasilah yang bisa menyampaikan hajat apapun kepada Allah, seperti minta pertolongan, minta berkah dan lain-lain )
katakan lah wahai nabiku kepada mereka, apakah kamu tetap bertawassul kepada yang tidak memiliki apapun dan tidak mempunyai akal apapun.
Katakan lagi hanya kepada Allah lah seluruh pertolongan itu.

Dalam ayat kursi
ﻣﻦ ﺫﺍ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺸﻔﻊ ﻋﻨﺪﻩ ﺇﻻ ﺑﺈﺫﻧﻪ
Tdk ada yg bisa menjadi penolong ( wasilah ) kecuali orang yang dpt izin Allah
ﻭﻻ ﺗﻨﻔﻊ ﺍﻟﺸﻔﺎﻋﺔ ﻋﻨﺪﻩ ﺇﻻ ﻟﻤﻦ ﺃﺫﻥ ﻟﻪ
Tidak bisa memberi manfaat wasilah siapapun dsisinya kecuali orang-orang yang dapat izin nya
Dari ayat ini banyak yang dapat kita ambil faidah
(1). Orang yang meminta pertolongan ( bertawassul ) kepada selain Allah itu syirik atau kafir ( karena khitabnya wkt itu kepada musyrikin
mekah yang menyekutukan Allah ).
(2). Dalam ayat ini yang dmaksud selain Allah itu adalah yang tidak mempunyai apapun dan tidak berakal.
Disini ada maani'atul khulwin,maani'atu jam'in,maani'atu khulwin wajam'in.
(A). Apabila mempunyai sesuatu manfaat tapi tidak berakal seperti binatang ( seperti sapi yang punya susu ), maka tawassulnya itu syirik
seperti penyembah sapi di india, yang mereka menyangka bahwa sapi lah yang menolong mereka,atau sebgai
penjembatan ( perantara ) kepada tuhan untuk menolong mereka
(B). Apabila mempunyai akal tapi tidak punya manfaat ( tidak diberikan Allah izin untuk sebagai penjembatan/wasilah kepada nya )
serpti manusia biasa ( bukan orang sholeh aplg auliya ), tawassul kepada mereka termasuk syirik , sepert minta tolong kepada dukun, dan
seumpamanya, yang mereka yakini dukun ini lah yang akan menyampaikan hajat mereka, atau menyambungkan hajat mereka kepada Allah (padahal dukun itu tidak pernah sholat ,puasa dll )
(C). Yang tdk berakal dan tidak mempunyai apapun, yaitu batu berhala ( inilah yang dimaksud dalam ayat diatas, yang berpendapat para
ulama mufassir seperti
1.imam jalalain
2.imam nawawi
3.imam fakhrurrazi
4.imam alusi
5.imam khazin
Dan jumhur ulama lain.
Yang mereka menyangka batu berhala itu adalah tuhan atau sesuatu penolong atau suatu wasilah yang bisa menyampaikan hajatnya kepada
tuhan dan ini adalah kesyirikan yang nyata.
(D). Yang mempunyai akal sempurna dan memiliki keutamaan dan keistemawaan dsisi Allah spt para ulama sholihin ( mereka ini lah yang
dapat izin Allah untuk dmintai tawassul dan pertolongan atau penyambung hajat dan berkah kepada Allah ) karena mafhum
mukhalafah dari ayat di atas adalah bolehnya meminta pertolongan atau penyambung hajat kepada Allah dengan orang yang mempunyai
keistimewaan dan mempunyai akal sempurna spt ulama sholihin atau auliya
Hasil dari pembhasan diatas
1. Tidak boleh meminta pertolongan kepada berhala walaupun niatnya untuk penyambung hajat kepada Allah
2. Tidak boleh meminta pertolongan kepada manusia biasa walaupun niatnya juga penyambung hajat kepada Allah, dengan menyalahi syariat,
seperti kepada dukun,para normal dll.
3. Boleh meminta pertolongan kepada orang yg berakal dan mempunyai keutamaan,spt dokter,atau bantuan-bantuan manusia pada umum
nya, tapi dalam keadaan tidak meyakini dalam hati bahwa yang menolongnya adalah orang itu, dan apabila dokter ini atau orang biasa
ini udah mati, maka tidak boleh bertawasul kepada mereka ,dengan dalih apapun, dan hanya kepada Allah lah sgala kesembuhan itu.
4. Boleh kita meminta wasilah lewat ulama sholihin krn mereka lebih sempurna akalnya dan ilmunya dan keutamaannya, dan karena
kedekatan mereka dengan Allah, dan mereka lah yg dpt izin memberi syafaat, karena mereka pewaris para nabi Hasil akhir, bertawassul kepad
ulama sholihin dan para wali itu tidak syirik dengn di fhm dr ayat di atas bhw mereka punya keistimewaan
ﺃﻻ ﺇﻥ ﺃﻭﻟﻴﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﺧﻮﻑ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﻻ ﻫﻢ
ﻳﺤﺰﻧﻮﻥ
dan punya akal sempurna
( maksud punya akal sempurna adalah takut kpd Allah )
ﺇﻧﻤﺎ ﻳﺨﺸﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻋﺒﺎﺩﻩ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ
Sama ada mereka hidup atau mati,krn mereka tdk mati
ﺑﻞ ﺃﺣﻴﺎﺀ ﻋﻨﺪ ﺭﺑﻬﻢ ﻳﺮﺯﻗﻮﻥ ﻓﺮﺣﻴﻦ ﺑﻤﺎ
ﺁﺗﺎﻫﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻓﻀﻠﻪ
Sebaliknya tawassul kpd benda mati, seperti berhala, keris, atau seseorang manusia biasa yang tidak punya martabat disisi Allah, atau
air yang bukan dari ulama sholihn, itulah yang dnamakan syirik,
Kemudian sepantasnya bagi orang yang bertawassul kepada para ulama sholihin tadi agar jagan meyakini dlm hati bahwa ulama
sholihin itu yang menyembuhkannya, atau menolongnya, atau menympaikan hajatnya,tp mereka hanya sbagai
perantara saja,krn dlm alquran
ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻟﺒﺸﺮ ﺃﻥ ﻳﺆﺗﻴﻪ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺤﻜﻢ
ﻭﺍﻟﻨﺒﻮﺓ ﺛﻢ ﻳﻘﻮﻝ ﻟﻠﻨﺎﺱ ﻛﻮﻧﻮﺍ ﻋﺒﺎﺩﺍ ﻟﻲ
ﻣﻦ ﺩﻭﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻟﻜﻦ ﻛﻮﻧﻮﺍ ﺭﺑﺎﻧﻴﻴﻦ ﺑﻤﺎ
ﻛﻨﺘﻢ ﺗﻌﻠﻤﻮﻥ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺑﻤﺎ ﻛﻨﺘﻢ
ﺗﺪﺭﺳﻮﻥ
Jadi jelaslah dsini kebolehan tawassul dengan para nabi, dan ulamanya
Sedangkan kapada selain mereka itulah syirik
Simaklah pendapat para imam kami dan ulama kami terkemuka tentang tawassul :
وروى القشيري عن معروف الكرخي أنه قال لتلاميذه : إذا كانت لكم إلى الله حاجة فاقسموا عليه بي فإني الواسطة بينكم وبينه وذلك بحكم الوراثة عن المصطفى صلى الله عليه وسلم
Imam qusyairi meriwayatkan dari ma'ruf alkarkhi , bahwasanya beliau berkata kepada murid-murid beliau: Jika kalian ada hajat kepada Allah, maka tawassullah kepadaku, sesungguhnya aku akan memperantarai antara kalian dgn Allah,dan cara itu lah yg telah di wariskan nabi kita almushtafa.
قال القضاعي : إن الاستغاثة بالنبي صلى الله عليه وسلم من موجبات تنزل الرحمات وسرعة قضاء الحوائج
Imam qodha'i mengatakan : Sesungguhnya bertawassul dengan nabi muhammad dari penyebab pastinya turun rahmat dan mencepatkan dalam mendapatkan hajat.
وقال السيد محمد بن علوي المالكي : إن الاستغاثة بأكابر المقربين من أعظم مفاتيح الفرج ومن موجبات رضي رب العالمين
Sayid muhammad bin alwy almaliki berkata : Bahwasanya tawassul dengan para nabi, syuhada , wali-wali yang dekat dengan Allah, dari sebagian besar pembuka kesusahan, dan penyebab pasti datangnya ridho Allah.
وقال أيضا : إن التوجه إليه صلى الله عليه وسلم ونداءه بقوله : يا سيدنا محمد " والاستنجاد به ليس شركا ولا حراما ولا مكروها ولا خلاف الأولى بل ذلك أفضل في الأدب من الربوبية وأشد اجتلابا للرحمة واستنزالا للقبول وأقوى مظنة بالإجابة وأدنى للرشد وأبعد من الرد والحرمان
Dan sayid muhammad mengatakan lg: sesungguhnya tawajjuh kepada Rasulullah dan memanggl beliau "ya sayyiduna muhammad" dan meminta tolong kepada beliau,itu bukan syirik,bahkan haram,bukan makruh bukan juga khilaful aula (sahabat,tabi'in dan salaf2), tetapi itu bahkan paling afdhol adab kepada tuhan,dan paling kuat mendapat rahmat, dan paling cepat kabul,dan paling kuat sangkaan dengan dikabulkan, lebih dekat kepada diterima, dan jauh dari penolakan dan tegahan
وقال الكوثري : لا بد لأهل السلوك والرشاد من التوسل والاستغاثة والاستمداد بأرواح الجلية والسادة الأمجاد، إذ هم المالك لأزمة الأمور في نيل ذلك المراد
Imam kautsari mengatakan: Tidak boleh tidak untuk orang yang suluk dan orang pintar agar bertawassul, minta tolong kepada arwah-arwah yang mulia,dan para imam-imam yang mulia, karena mereka itu perantara bagi semua perkara-perkara penting, pada sampainya yang dikehendaki itu
وقال التقي الدين السبكي الشافعي الأشعري ومن تبعه من علماء أهل السنة ومنهم العلامة السمهودي والسيوطي والقسطلاني وابن حجر الهيتمي والزرقاني وابن جرجيس الحنفي العراقي والشيخ أحمد زيني دحلان والإمام يوسف النبهاني : واعلم أن الاستغاثة هي طلب الغوث ،فالمستغيث يطلب من المستغاث به أن يحصل له الغوث منه ، فلأ فرق بين أن يعبر بلفظ الاستغاثة أو التوسل أو التشفيع أو التوجه
لأنها من الجاه ومعناه علو القدر والمنزلة وقد يتوسل بصاحب الجاه إلى من هو أعلى منه
Imam subki, imam samhudi, imam sayuti, imam qastalani, imam ibnu hajar ,imam zarkani, dan yang saya tulis diatas berpendapat bahwa tidak ada perbedaan makna pada beberapa kalimat "tawassul,istigotsah,tawajjuh"
وقال قطب الإرشاد عبد الله بن علوي الحداد: الولي يكون اعتناؤه بقرابته واللائذين به بعد موته أكثر من اعتنائه بهم في حياته، لأنه في حياته مشغولا بالتكليف وبعد موته طرح عنه الأعباء وتجرد
Wali qutub habib abdullah alhaddad berkata: Bermula wali itu, keadaan pertolongannya dengan orang-orang terdekatnya setelah wafatnya, lebih kuat dari pertolongannya waktu hidupnya, karena waktu hidupnya keadaannya sibuk degan taklif syariat agama, dan setelah wafat, maka hilanglah darinya taklif itu.
فهم أحياء في قبورهم وإذا كان الولي حيا في قبره فإنه لم يفقد شيئا من علمه وعقله وقواه الروحانية بل تزداد أرواحهم بعد الموت بصيرة وعلما وحياة روحانية وتوجها إلى الله، فإذا توجهت أرواحهم إلى الله تعالى في شيء قضاه سبحانه وتعالى وأجراه إكراما لهم
فأهل البرزخ من الأولياء في حضرة الله تعالى فمن توجه إليهم وتوسل بهم فإنهم يتوجهون إلى الله تعالى في حصول مطلوبه
Mereka hidup dalam kubur mereka, keadaan mereka hidup dalam kuburnya itu tidak mengurangi sedikitpun dari ilmunya, akalnya, dan kekuatan rohnya,bahkan bertambah kuat penglihatan,ilmu,dan roh mereka,hal mereka slalu tawajjuh kpd Allah,jika mereka tawajjuh kpd Allah meminta sesuatu, maka langsung Allah kabulkan, dan memberi mereka pahala, karena memuliakan mereka.
Para aulia di alam barzakh mereka berada di hadrat Allah, sangat dekat, maka barangsiapa tawassul kepada mereka , maka mereka akan menyampaikannya kepada Allah untuk diterima permintaannya.
وقال أبو المواهب : ومعلوم أن الأولياء أحياء في قبورهم إنما ينقلون من دار إلى دار
Abul mawahib mengatakan: Sdh diketahui bahwa para wali itu hidup dalam kubur mereka, hanya bahwasannya mereka berpindah dari negri ke negri lain.
وقال الفخر الرازي : إن تلك النفوس لما فارقت أبدانها فقد زال الغطاء والوطاء وانكشف لها عالم الغيب
Imam fakhrurrazi mengatakan: Sesungguhnya itu roh2, manakala memisahi badannya, maka hilanglah kesusahan dan terbukalah alam gaib. untk nya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Bagikan