Konon ini adalah foto makam ibunda Nabi kita Muhammad bin Abdillah sholollohu alaihi wasallama. |
oleh Kaheel Baba Naheel
Pada suatu pagi, saya duduk duduk I’tikaf lurus depan ka’bah. Tepatnya sebelah lokasi sumur zamzam dulu.
Saya tanyai dia baru selesai tawaf katanya.
Akhirnya kitapun kenalan dan saling tahu satu sama lain. Rupanya dia santri alias sekolah di Ma’had Masjidil Haram di lantai dua babul malik fahd. Saya Tanya, dia ngambil jurusan Hafidz Al Qur’an katanya.
Singkat kata singkat cerita: Tibalah diskusi sebagai berikut;
Saya bertanya:”Menurut antum, ziarah kubur itu bagaimana sih?”
Dia menjawab:”Sunnah akhi… memang dulu nabi pernah melarangnya, namun kemudian beliau justru memerintahkan kita untuk berziarah.
Saya bertanya:”Bisa antum sebutkan redaksi hadits nya yang saat nabi melarangnya?” Misalnya:”Janganlah kalian berziarah kubur…!! /dll?
Dia:”Wah, afwan,,, ana gak tahu akhi… Yang ana tahu ya hadits larangan yang bersambung kemudian dengan perintah ziarah kubur itu”.
Saya bertanya:”Apakah ada batasan dalam kandungan perintah nabi dalam ziarah kubur tersebut?”
Dia menjawab:”Ya iyalah… bahkan ada pendapat yang mengatakan, kalimat perintah nabi untuk berziarah kubur itu tidak berlaku untuk perempuan. Artinya untuk perempuan tidak di sunnahkan berziarah, bahkan Allah & Rasulullah mengutuknya.
Saya:”Masya Allah… segitu nya ya?” Maaf, antum sependapat dengan pendapat itu?”
Dia menjawab:”Iya !! ini lho akhi bunyi haditsnya:
لعن رسول الله زوارات القبور
Pernah dengar dan baca hadits ini khan akhi?”
Saya: Oh itu.. Iya… Alhamdulillah saya juga mengetahui hadits itu. Hadits itu adalah hadits nya Hasaan bin tsabit. Yang dikeluarkan oleh ibnu majjah dari jalur Faryabi. Dan juga imam Baihaqi dalam sunan kubronya, dari jalur Sufyan Atsaury. Dan dalam kitab Zawaaid dikatakan bahwa sanadnya Hasaan bin tsabit itu Shohih dan para rawinya itu terpercaya semua. Hadits ini juga dikeluarkan oleh imam Tirmidzi dan kata beliau “Hasan Shohih”. Juga ada yang senada dengan hadits tersebut yang diriwayatkan oleh imam Annasa’i dan Abi Dawud. Wallahu a’lam.
Dia:”Yaa begitulah akhi…
Saya:”Apakah anda tidak pernah baca atau mendengar, sebuah hadits yang menceritakan bahwa Aisyah berziarah ke kuburan baqi’ madinah, bahkan oleh nabi di beri tahu tata caranya berziarah?”
Dia:”Mmmm… Yang mana ya?”
Saya:”Oh.. lewat deh… Kalau misalnya saya berziarah ke kuburannya orang kafir, boleh nggak?”
Dia menjawab:”Ya jelas nggak boleh akhi…. Ini juga, termasuk pengecualian dari hadits perintah berziarah kubur tadi… Jadi maksud nabi, hanya mencakup kuburannya orang orang muslim akhi… Lagian ngapain antum berziarah ke kuburannya orang non muslim… hahaha… ada ada aja akhi ini…
Saya:”Ya endaklah… saya khan cuma tanya, misalnya… Lalu, kalau boleh tahu, maaf, apakah anda termasuk orang yang berpendapat ibunda nabi Muhammad orang kafir?”
Dia menjawab:”Iya akhi… antum kok tahu?” memang seperti itu ada nya akhi…
Saya:”Hmmm… Lantas kenapa Allah kok mengijinkan nabi menziarahi kuburan ibundanya tersebut?” Bukankah tadi antum mengatakan, kita tidak boleh berziarah ke kuburannya orang non muslim?”
Dia:”Masak seperti itu akhi?” Setahu saya, nabi tidak di ijinkan oleh Allah untuk memohon ampunan atas ibunya itu, bagaimana menurut antum ini akhi?”
Saya:”Ya benar, itu adalah bunyi hadits alenia pertamanya… Nabi memang tidak di ijinkan oleh Allah untuk memohonkan ampunanNya atas ibunya.. Namun bunyi alenia kedua hadits tersebut menjelaskan bahwa nabi cukup di ijinkan menziarahinya saja.
Dia:”Lantas apa artinya semua itu?” Nabi tidak boleh memohonkan ampunanNya atasnya?”
Saya:”Ya jelaslah… Allah tidak mengijinkannya…
Itu maskudnya tidak perlu !!
tidak usah !!
artinya, ibundanya nabi tidak perlu di mohonkan ampunan, karena beliau tidak punya dosa dan telah menjadi penghuni surga yang abadi. Lantas bagaimana dengan pertanyaan saya tadi?” mohon di jawab akhi !!
Dia:”Ada haditsnya nggak?”
Saya:”Ada akhi… begini bunyinya kalau nggak salah:
كنت نهيتكم عن زيارة القبور, فزوروها فقد اذن لمحمد فى زيارة قبر امه.
Hadits riwayat imam Muslim dan imam Tirmidzi.
Bagimana tanggapan akhi?”
Dia:”Wah… maaf, kayaknya saya tidak bisa meneruskan dialog kita ini akhi… saya harus pamit dulu… Assalamu’alaikum…
Saya:”Wa ‘alaikumus salaam warohmatullahi wabarokatuh…
*twing
Makkah, 2 mei 2009
Tidak ada komentar :
Posting Komentar