NAVIGASI

Tampilkan postingan dengan label Fakta dibalik peristiwa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fakta dibalik peristiwa. Tampilkan semua postingan

Minggu, 17 Juni 2012

Ilmuan Muslim Penemu Al-Jabar

Al Khawarizmi (ilmuan Muslim penemu Al-Jabar)
Para pemikir muslim mewarisi ilmu matematika jauh sebelum peradaban Yunani dan Hindu. Kontribusi Muslim terhadap perkembangan ilmu matematika dimulai sejak awal abad kedelapan sampai pertengahan abad ke-15. Para ahli matematika Muslim itu umumnya berasal dari Iran atau Irak yang muncul bergantian sejalan dengan adanya peperangan selama periode itu. Perkembangan ilmu matematika meluas ke wilayah barat melalui Turki dan Afrika Utara termasuk sebagian besar wilayah Spanyol sampai perbatasan Cina. Al Khawarizmi, ahli matematika dan astromomi dari Persia, memperkenalkan sebuah metode yang hampir sama dengan penjumlahan bilangan akar kuadrat. Dia juga merupakan orang yang memperkenalkan konsep pengurangan untuk variabel bilangan kuadrat. Dia juga menyempurnakan dan mengembangkan geometri dengan persamaan kuadrat yang mempunyai dua variabel, seperti lingkaran, elip, parabola dan hiperbola. Berkat dia, sekarang kita mengenal istilah aljabar yang merupakan terjemahan dari bahasa Arab Al Jabr yang diambil dari judul bukunya yang paling terkenal, yaitu Al-Jabr wa I-Muqabala (buku tentang pengurangan dan persamaan). Aljabar adalah penggabungan teori bilangan-bilangan rasional, irasional dan geometri. Konsep ini memberikan dimensi dan pengembangan teori matematika yang benar-benar baru dibandingkan teori-teori sebelumnya. Aljabar pulalah yang menjadi dasar pijakan pengembangan teori matematika selanjutnya. Aspek penting lain dari teori aljabar adalah dimungkinkannya penerapan matematika untuk bidang keilmuan eksak lainnya yang belum pernah terjadi dimasa lalu.
Khawarizmi adalah salah seorang ilmuan terhebat pada abad pertengahan dan merupakan ahli matematika terpenting yang terkenal dengan sebutan Bapak Aljabar. Dia menulis buku Al-Jem wa l-Tafraq bi Hisab al Hind yang juga disebut Hisab al-Adad al-Hind pada bidang aritmatika yang menggunakan bilangan numeric India termasuk angka nol dan notasi decimal untuk pertama kalinya. Hal ini berkaitan dengan empat operasi dasar matematika, yaitu penambahan, pembagian pengurangan, dan perkalian. Kini, naskah asli dalam bahasa Arab buku tersebut sudah hilang, hanya tersedia terjemahan latinnya saja. Bukunya yang lain juga sudah raib tak ketahuan rimbanya.
Karya klasikalnya yang terbaik dibidang aljabar adalah buku Al-Mukhtasar di Hisab al-jabar wa l-Muqabala. Buku ini juga diterjemahkan dalam bahasa Latin pada abad pertengahan dan menjadi rujukan utama sejarah matematika. Buku yang menyajikan lebih dari 800 contoh ini menjadi rujukan dalam memecahkan masalah-masalah keseharian yang dihadapi umat Islam menyangkut masalah tempat tinggal, warisan, hokum, pembagian harta, dan perdagangan. Buku aslinya yang berbahasa Arab pertama kali ditulis pada tahun 820 M dan diterjemahkan dalam bahasa Latin pada abad ke-12.
Patut digarisbawahi bahwa istilah Aljabar (dalam bahasa Latin Algebra) yang ditemukan dalam khasanah bahasa Eropa pada kategori istilah-istilah kuno bidang matematika dan algoritma, adalah bentuk penyimpangan dari nama Khawarizmi.
Arti Aljabar sesungguhnya dalam bahasa Arab adalah pengembalian dengan memindahkan bilangan negative kesisi persamaan lainnya agar bilangan tersebut menjadi positif. Adapun istilah Muqabalah mengandung pengertian proses menyisihkan bilangan identik dari dua sisi persamaan. Akan tetapi, terjemahan terbaik untuk Hisab al-Jabar wa l-Muqabala, seperti yang diperkenalkan Jhon K Baumgart, adalah “ilmu tentang persamaan”, sehingga aljabar yang dimaksudkan Khawarizmi adalah retorika bentuk persamaa. Khawarizmi juga memberikan konsep dasar persamaan kuadrat yang dapat digunakan untuk membuktikan kasus-kasus angka geometri.
Konsep dasar aljabar pertama kali diperkenalkan sebagai disiplin ilmu matematika yang independent. Kemudian aljabar diuraikan dengan sangat teliti oleh Khawarizmi untuk diformulasikan menjadi alat analisis menyelesaikan beragam kasus persamaan kudrat. Formulasi ini dijelaskannya melalui metode penggunaan contoh-contoh praktis. Buku karya Khawarizmi Hisab al-Jabr wa l-Muqabala tersebut, sampai kini terus digunakan dalam aplikasi ilmu matematika.

Tajudin, jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2009.
Dari Tabloid Republika, edisi Jum’at, 24 Agustus 2007 hlm, 11

Sumber: http://tajmahalelbarosi.blogspot.com/2010/06/ilmuan-muslim-penemu-al-jabar.html
Read More

Rabu, 18 April 2012

Jasa bung karno menemukan makam Al Imam Bukhori


Jasa Bung Karno Dalam Menjaga Makam Imam Bukhori


Tahukah anda siapa yang sangat berjasa dalam menemukan makam dari Imam al Bukhari,beliau adalah Presiden pertama kita yaitu Presiden Soekarno

SAAT itu. Jumat (25/11), tim ekspedisi tengah melintas Kota Samarkand, Uzbekistan, dalam perjalanan menuju Turkmenistan. Langit sudah gelap.

Kompleks makam Imam Bukhari yang megah terlihat laksana istana raja. Penerangan di sana seadanya karena sudah tidak ada lagi peziarah yang berkunjung.

Imam Bukhari ialah seorang pengumpul hadis sahih Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam. Makamnya terletak di Samarkand, Uzbekistan. Tim Fas-tron Europe-Asia Metro TV Expedition 2011 mendapat kesempatan langka berziarah ke sana, bahkan langsung masuk ke ruang bawah tanah tempat jenazah Imam Bukhari bersemayam. Padahal biasanya para peziarah yang berasal dari berbagai suku bangsa hanya boleh masuk sampai ruang atas kompleks permakaman.

Kompleks serta-merta menjaditerang benderang kala perwakilan ekspedisi menemui pengelola makam dan mengungkapkan bahwa rombongan berasal dari Indonesia dan ingin berziarah.

Tak lama kemudian, Rahmatullo Sultonov, juru kunci makam yang berjilbab, hitam, keluar dari bangunan dan langsung mengarah ke ruang bawah tanah makam Imam Bukhari. Anggota ekspedisi diminta melepaskan sepatu sebelum masuk ruangan yang beralaskan karpet warna hijau tersebut.

Ruangan berdinding batu bata itu mampu menampung sekitar 10 orang, dilengkapi bangku untuk para peziarah. Makam ada di tengah ruang, berselimutkan kain hitam, bertulisan Arab warna kuning. Nuansa begitu khidmat saat berada di sana.

Setelah mengajak anggota tim ekspedisi untuk membaca beberapa surah pendek Alquran, Rahmatulloberkisah, kompleks permakaman Imam Bukhari tidak mungkin seindah dan semegah itu tanpa peran Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.

Ketika Uzbekistan masih termasuk Uni Soviet, Soekarno-dalam sebuah kunjungan kenegaraan ke Uni Soviet pada 1959-pernah meminta petinggi Partai Komunis untuk mencarikan makam orang suci Islam yang sangat terkenal bernama Imam Bukhari.

Setelah tiga hari pencarian, makam Imam Bukhari ditemukan. Soekarno naik kereta dari Moskow ke Samarkand, tempat Bukhari meninggal dunia dan jenazahnya dimakamkan sekitar tahun 870.

“Beliau tiba pada malam hari dan langsung membaca Alquran sampai pagi hari, tidak tidur,” lanjut Rahmatullo seperti diterjemahkan Temur Mirzaev, rekanan Kedutaan Besar Republik Indonesia sekaligusdosen bahasa Indonesia di Institute of Oriental Studies, Tashkent.

Saat ditemukan, makam dalam kondisi tidak terurus. Soekarno meminta pemerintah Uni Soviet agar segera memperbaikinya. Ia bahkan sempat menawarkan agar makam dipindahkan ke Indonesia apabila Uni Soviet tidak mampu merawat dan menjaga makam tersebut. Emas seberat makam Imam Bukhari akan diberikan sebagai gantinya.

“Bangsa Indonesia sangat berjasa bagi keberlangsungan makam Imam Bukhari. Sebenarnya makam sudah tutup untuk pengunjung karena hari sudah malam. Tapi, karena orang Indonesia yang datang, makanya dibukakan,” tutur Temur.

Juru kunci menutup ziarah dengan doa dan suasana pun mendadak hening. Dalam doanya, ia berharap perjalanan tim ekspedisi sukses dan selamat sampai tujuan.

Bung Karno Mencari Makam Imam Bukhori

DI Tashkent tidak ada jalan bernama Bung Karno. Tapi bukan berarti rakyat Uzbekistan ini tidak mengenal presiden pertama Republik Indonesia itu.

Tidak banyak yang tahu kalau Bung Karno adalah penemu makam Imam Al Bukhari, seorang perawi hadist Nabi Muhammad SAW. Begini ceritanya. Tahun 1961 pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet sekaligus penguasa tertinggi Uni Soviet Nikita Sergeyevich Khrushchev mengundang Bung Karno ke Moskow. Kayaknya Khrushchev hendak menunjukkan pada Amerika bahwa Indonesia berdiri di belakang Uni Soviet.

Karena bukan orang lugu, Bung Karno tidak mau begitu saja datang ke Moskow. Bung Karno tahu, kalau Indonesia terjebak, yang paling rugi dan menderita adalah rakyat. Bung Karno tidak mau membawa Indonesia ke dalam situasi yang tidak menguntungkan. Bung Karno juga tidak mau Indonesia dipermainkan oleh negara mana pun.

Bung Karno mengajukan syarat. Kira-kira begini kata Bung Karno, “Saya mau datang ke Moskow dengan satu syarat mutlak yang harus dipenuhi. Tidak boleh tidak.”

Khrushchev balik bertanya, “Apa syarat yang Paduka Presiden ajukan?”

Bung Karno menjawab, “Temukan makam Imam Al Bukhari. Saya sangat ingin menziarahinya.”

Jelas saja Khrushchev terheran-heran. Siapa lagi ini Imam Al Bukhari. Dasar orang Indonesia, ada-ada saja. Mungkin begitu sungutnya dalam hati. Tidak mau membuang waktu, Khrushchev segera memerintahkan pasukan elitnya untuk menemukan makam dimaksud. Entah berapa lama waktu yang dihabiskan anak buah Khrushchev untuk menemukan makam itu, yang jelas hasilnya nihil.

Khrushchev kembali menghubungi Bung Karno. “Maaf Paduka Presiden, kami tidak berhasil menemukan makam orang yang Paduka cari. Apa Anda berkenan mengganti syarat Anda?”

Bung Karno tersenyum sinis. “Kalau tidak ditemukan, ya udah, saya lebih baik tidak usah datang ke negara Anda.”

Kalimat singkat Bung Karno ini membuat kuping Khrushchev panas memerah. Khrushchev balik kanan, memerintahkan orang-orang nomor satunya langsung menangani masalah ini. Nah, akhirnya setelah bolak balik sana sini, serta mengumpulkan informasi dari orang-orang tua Muslim di sekitar Samarkand, anak buah Khrushchev menemukan makam Imam kelahiran Bukhara tahun 810 Masehi itu. Makamnya dalam kondisi rusak tak terawat.

Imam Al Bukhari yang memiliki pengaruh besar bagi umat Islam di Indonesia itu dimakamkan di Samarkand tahun 870 M.

Presiden Soekarno meminta pemerintah Uni Soviet agar segera memperbaikinya. Ia bahkan sempat menawarkan agar makam dipindahkan ke Indonesia apabila Uni Soviet tidak mampu merawat dan menjaga makam tersebut. Emas seberat makam Imam Bukhari akan diberikan sebagai gantinya…

Khrushchev memerintahkan agar makam itu dibersihkan dan dipugar secantik mungkin.

Selesai renovasi, Khrushchev menghubungi Bung Karno kembali. Intinya, misi pencarian makam Imam Al Bukhari berhasil. Sambil tersenyum Bung Karno mengatakan, “Baik, saya datang ke negara Anda.” Setelah dari Moskow, tanggal 12 Juni 1961 Bung Karno tiba di Samarkand. Sehari sebelumnya puluhan ribu orang menyambut kehadiran Pemimpin Besar Revolusi Indonesia ini di Kota Tashkent. ( Habib Ahmad bin Faqih Ba'Syaiban )

http://www.facebook.com/pages/SYAFAAH-dan-BAROKAH/236235503128014

http://www.facebook.com/Kisah.Para.DatudanUlama.Kalimantan

http://www.facebook.com/
Read More

Sabtu, 14 April 2012

PENEMUAN NASKAH KITAB SIFAT DUA PULUH



PENEMUAN NASKAH KITAB SIFAT DUA PULUH

[Telaah Filologis Naskah Melayu Kuno Islam Minangkabau]



MASIHKAH WAHABI BERANI MENGATAKAN BAHWA MEREKA ADALAH UMAT ISLAM ?

MASIHKAH WAHABI BERANI MENGATAKAN BAHWA MEREKA TIDAK MENYELISIHI ULAMA2 AHLUSSUNNAH?

MASIHKAH WAHABI BERANI MENGATAKAN BAHWA MEREKA TIDAK DATANG BELAKANGAN, DAN PALING MERASA BENAR, DAN MENGKAFIRKAN SIAPAPUN YG TIDAK SEJALAN DENGAN AJARAN MEREKA?


Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan warisan budaya nenek moyang. Hal ini terbukti dengan banyaknya peninggalan-peninggalan budaya dari masa lalu yang ditemukan di kawasan ini, antara lain alat-alat perkakas sehari-hari, prasasti-prasasti, arca, bangunan-bangunan candi, dan rumah-rumah adat. Selain peninggalan budaya yang berupa material tersebut, ditemukan juga peninggalan budaya berupa non-material yaitu tulisan yang ditulis oleh nenek moyang dengan tulisan tangan dalam berbagai bahan tulisan.

Bahan-bahan tulisan itu antara lain dedaunan yang dikeringkan seperti daun lontar dan daun nipah, kulit kayu, bambu, rotan, daluwang (kertas Jawa), dan kertas. Alat tulisnya pun beragam sesuai dengan bahan yang mereka gunakan untuk menulis tulisan tersebut. Untuk kulit kayu dan bambu alat tulis yang digunakan adalah peso pangot, semacam alat yang bermata runcing untuk mengukir tulisan-tulisan di atas bahan tulisan tersebut kemudian disapu dengan jelaga agar ukiran itu terlihat. Jika dikerjakan dengan teliti, cara penulisan seperti ini akan menghasilkan tulisan yang bagus. Namun kelemahannya adalah kesalahan tidak mungkin dikoreksi karena goresan atau ukiran ini tidak mungkin diperbaiki.

Untuk alas naskah daluwang dan kertas alat tulis yang digunakan adalah kalam (kuas/pena) dan tinta. Peninggalan-peninggalan budaya berupa tulisan yang disebutkan di atas, lazim disebut dengan naskah. Naskah merupakan dokumen yang berisi berbagai hal yang bermanfaat bagi kita. Melalui naskah kita juga dapat mengetahui kapan suatu budaya baru masuk dan berkembang dalam budaya yang telah lama hidup di masyarakat kita dahulunya. Sebagai contoh, isi naskah tersebut bisa menginformasikan kepada kita tentang kapan pertama kali Islam masuk ke Indonesia, bagaimana penyebarannya, dan apa tanggapan dari masyarakat Indonesia yang sudah lebih dahulu menganut suatu kepercayaan sebelumnya. Semua itu akan terjawab salah satunya dengan membaca teks yang ada di dalam naskah.

Teks berisi ide-ide atau gagasan, pokok pikiran, adat istiadat, pola hidup, tata cara peribadatan dan tradisi budayanya. Karya ini memberi informasi kepada kita tentang apa yang terjadi pada masa lalu. Namun seiring berkembangnya zaman, informasi yang terkandung di dalam tulisan tersebut sering mengalami transformasi. Akibatnya muncul banyak teks yang terdapat dalam berbagai bentuk dan cara penulisan.

Hal ini terjadi karena teks atau tulisan itu ditulis berulang-ulang secara manual dengan menggunakan tangan sehingga ketidakjelasan huruf ataupun lubernya tinta yang mengganggu pembacaan sering menyebabkan pembaca ataupun penyalin naskah kesulitan untuk menafsirkan bacaannya. Selain itu kreatifitas penyalin yang mengubah salinan untuk menyesuaikan isinya dengan zaman juga menyebabkan informasi di dalam naskah pun mengalami perubahan. Perubahan ini akan terus berlanjut selama teks ini mengalami penyalinan secara terus-menerus. Seandainya teks yang memiliki ketidakjelasan huruf ini dijadikan sumber salinan teks baru yang benar-benar sama isinya, perubahan dan penafsiran yang keliru akan terus berlanjut pada turunan-turunan teks selanjutnya.

Penggalian informasi yang terkandung di dalam sebuah naskah, bukanlah perkara yang mudah. Banyak kesulitan dan rintangan yang mungkin akan dihadapi peneliti naskah di antaranya adalah bahan naskah yang berasal dari alam yang menyebabkan naskah mudah lapuk. Di samping itu, faktor usia naskah sendiri yang sudah tua ditambah lagi penyimpanan yang kurang cermat sehingga naskah menjadi terlantar, tertumpah benda cair, menyebabkan naskah tidak mungkin lagi disentuh apalagi dibaca.

Apalagi seandainya naskah tersebut sampai hilang atau terbakar maka informasi yang terkandung di dalam naskah tersebut tidak akan pernah sampai kepada kita selaku generasi baru. Selain itu, aksara yang digunakan di dalam naskah pun sudah tidak dikenal lagi oleh masyarakat sekarang, walaupun naskah tersebut berasal dari daerahnya sendiri. Seandainya ada, jumlah orang yang masih dapat membaca aksara lama ini pun tidak banyak dan sudah berusia lanjut. Orang-orang ini umumnya hafal dengan isi naskah yang berasal dari daerah mereka tersebut. Sayangnya, hanya sedikit generasi muda yang tertarik untuk membahas dan belajar dengan mereka. Achadiati (1997:28) mengemukakan kebanyakan orang Indonesia tidak mengenal aksara mereka sendiri sehingga mereka merasa asing dengan hal itu. Dari keasingan ini timbullah sikap tak sayang yang menyebabkan mereka juga kurang menghargai keberadaan naskah. Padahal aksara dapat dikatakan sebagai salah satu faktor penting timbulnya naskah.

Menurut Pradotokusumo (1986:1), aksara atau hasil goresan tangan nenek moyang Indonesia yang tertua adalah kakawin Ramayana yang berasal dari abad ke-9 yang menggunakan aksara Jawa Kuno. Kakawin ini merupakan satu-satunya kakawin yang diketahui berasal dari Jawa Tengah yang masih dipengaruhi oleh ajaran Hindu-Budha. Dapat diperkirakan bahwa tulisan ini merupakan tulisan pertama dalam naskah yang dikenal oleh nenek moyang kita.

Sejak masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, Islam menyumbangkan aksara baru yaitu aksara Arab. Aksara ini kemudian meluas dan menyebar di beberapa daerah di Nusantara, antara lain dataran Melayu, Sunda, dan Buton. Aksara Arab kemudian mendominasi aksara-aksara daerah yang sudah ada sebelumnya di Nusantara. Aksara Arab tersebut beradaptasi dengan bunyi bahasa yang ada di Nusantara sehingga menghasilkan aksara-aksara baru yang kemudian diadopsi menjadi aksara sendiri. Misalnya di daerah Melayu, dikenal adanya aksara Arab Jawi atau Arab Melayuu, di Sunda dikenal dengan aksara Arab Pegon, dan di Buton menjadi aksara Buri Wolio.

Aksara Arab yang sudah diadaptasi ini maksudnya adalah huruf Arab yang digunakan untuk menuliskan bahasa daerah, misalnya untuk aksara Arab Melayu merupakan aksara Arab yang menggunakan bahasa Melayu atau Bahasa Minangkabau. Aksara Arab tersebut akhirnya mengalami penyesuaian untuk bunyi-bunyi seperti /c/, /g/, /η/, dan /ñ/ dengan pemberian titik-titik tambahan sebagai penanda, yaitu چ untuk bunyi /c/, ک untuk bunyi /g/, ڽ untuk bunyi /η/, dan ﻉ untuk bunyi /ñ/. Dengan demikian, muncullah naskah-naskah yang menggunakan aksara ini di seluruh daerah yang menggunakannya. Aksara Arab yang mengalami modifikasi ini mengungguli aksara India yang sebelumnya sudah dikenal masyarakat di Nusantara.

Dapat dikatakan di sini bahwa di seluruh kepulauan Nusantara, kata dan ungkapan yang ada kaitannya dengan keislaman diterima ke dalam bahasa pribumi. Khusus untuk sastra Melayu klasik, khazanah Islam yang dimilikinya sangat luas (Achadiati, 1997:138). Terbukti dengan banyaknya naskah-naskah keagamaan yang dihasilkan di kawasan ini. Selain itu fisik tulisan sangat mendukung pernyataan ini. Salah satu daerah di Nusantara yang menggunakan aksara ini untuk menuliskan ide-ide, adat istiadat, dan pola hidup mereka adalah Melayu khususnya yang berada di ranah Minangkabau. Bangsa Melayu menyebut aksara ini dengan aksara Arab Melayu.

Pada umumnya, naskah-naskah yang berasal dari Minangkabau menggunakan Arab Melayu baik itu naskah sastra, adat istiadat, sejarah, obat-obatan, keislaman, maupun mantra-mantra untuk tujuan magis. Penggunaan aksara ini di Minangkabau mengindikasikan bahwa betapa kuatnya sendi Islam ada di Minangkabau sejak orang Minang mulai mengenal Islam. Salah satu naskah yang digali dalam penelitian ini adalah naskah Kitab Sifat Dua Puluh (selanjutnya disebut dengan KSDP).

Naskah ini merupakan naskah keislaman. Hidayat (2007:1-4) mengungkapkan bahwa aspek pembeda yang menentukan naskah tersebut adalah naskah Islami adalah dari:
(1) aksara, aksara yang digunakan adalah aksara Arab dan aksara Arab Pegon atau aksara Arab Melayu.;
(2) penggunaan bahasa Arab dan istilah-istilah Arab dalam naskah-naskah yang berisi ajaran Islam tersebut;
(3) kandungan naskah atau teksnya adalah tentang berbagai ajaran Islam dan hal-hal yang berkaitan dengan keislaman; dan
(4) bahan materialnya adalah kertas baik yang dibuat secara tradisional (daluwang) ataupun kertas pabrik, alat tulisnya berupa pena dengan tinta berwarna hitam atau pada bagian tertentu menggunakan tinta merah.


Naskah KSDP merupakan salah satu dari sekian banyak naskah keislaman milik masyarakat Minangkabau yang belum tergali. Naskah ini berisi pemikiran kalami (teologi Islam) yang dimaksudkan pemikiran ketuhanan (tauhid) menurut alur pikir ilmu kalam atau teologi yang berlandaskan ajaran Islam. KSDP memaparkan tentang sifat-sifat Allah SWT dan pada rasul-Nya serta hal-hal yang berkaitan dengan hukum Islam.

Ukuran naskah: 14x 21 cm; blok teks: 4,5x7 cm; rata-rata terdiri dari 14 baris tiap halaman; penomoran halaman dibuat ganda dengan menggunakan angka Arab dan Latin; terdiri dari 24 halaman; tulisan dibingkai dengan dua garis halus berwarna hitam; bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu dan Arab; penulis naskah ini adalah Datuk Mali Puti Alam (82 tahun). Datuk Mali Puti Alam (82 tahun). Kondisi naskah: naskah masih bagus dan tulisannya masih dapat terbaca. Naskah ini terdapat di surau Suluk yang beralamat di Nagari Katinggian, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota.


(Artikel Lengkap, dipublish di Jurnal Khazanah Edisi 4/2010 - Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam FIB-Adab IAIN Padang)

Diposkan oleh IFA dan MALIKA ILHAM di 03:25
Label: Filologi, Kajian Teoritik, Naskah Melayu Minangkabau

http://ulama-minang.blogspot.com/2010/05/kitab-sifat-dua-puluh-telaah-filologis.html

--------------------------------------- xxx ---------------------------------------------


Kelompok Wahabi melarang belajar tentang apa yang dinamakan sifat 20 atau i’tiqad 50 dengan alasan tidak ada dasar dan asas, tidak ada teladan dan panduan, tidak ada pada masa Rasulullah, tidak ada pada masa Shahabat, Tabi’in, Tabi’ittabi’in, Salaf dan Khalaf.

Kita mengatakan bahwa belajar sifat 20 atau i’tiqad 50 adalah penjabaran dan pemahaman serta pengamalan hadits Rasulullah yang berbunyi “Awal-awal agama adalah mengenal Allah”. Bagaimana cara mengenal Allah sedangkan Allah tidak bisa dilihat, tidak bisa diraba, tidak bisa didengar?

Kita mengatakan bahwa mengenal sifat Allah adalah syarat untuk mengenal Allah. Sebenarnya sifat Allah bukan hanya 20 sifat, sifat Allah itu segala sifat kesempurnaan yang tidak ada yang tahu jumlahnya kecuali Allah sendiri. Ulama Ahlussunnah hanya mewajibkan mengenal 20 sifat Allah karena 20 sifat itu ada nashnya dalam Al-quran dan Hadits.

Kelompok Wahabi melarang belajar sifat-sifat tersebut diatas.namun anehnya mereka menciptakan suatu model pengajian tauhid sendiri yang mereka namakan dengan “Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah”.

Dalam pencetusan dan penerapan metode pengajian tersebut sesungguhnya wahabi lupa bahwa sesungguhnya metode itu pun belum ada pada masa Rasulullah dan pada zaman sahabat. Berarti metode itu adalah metode yang juga tidak ada asas dan dasar, tidak ada tauldan dan panduan, berarti bid’ah, sesat dan neraka.

Dua jenis ilmu tauhid dalam kelompok Wahabi :
1.Tauhid Rububiyah yaitu tauhidnya orang kafir dan tauhidnya orang musyrik yang menyembah berhala, atau dengan kata lainnya “Tauhid” orang yang syirik.
2.Tauhid Uluhiyah yaitu tauhidnya orang Mukmin, tauhidnya orang Islam serupa iman dan Islamnya Wahabi.

Wahabi mengatakan bahwa dalam Al Quran terdapat ayat tentang tauhid Rububiyyah, yaitu:

“Katakanlah (Wahai Muhammad): Kepunyaan siapakah langit dan bumi dan semua isinya kalau kamu mengetahui? Mereka akan menjawab: Kepunyaan Allah. Katakanlah kepada mereka: Mengapa kamu tidak mengambil perhatian?” (Al-Mukminun:84-85)


Dengan ayat ini kaum Wahabi mengatakan bahwa orang kafir pun percaya kepada adanya Tuhan tetapi imannya tidak sah karena menyembah berhala disamping pengakuannya kepada adanya Tuhan yaitu Allah.

Lihatlah falsafah Wahabi. Orang kafir yang mempersekutukan Tuhan digelar kaum yang ber-Tauhid Rububiyyah.

--------------------------------------------------------------------------------------------
ADAKAH SAHABAT2 RASULULLAH MENAMAKAN ORANG MUSYRIK SEBAGAI UMAT TAUHID ??? TENTU TIDAK ADA !!! ^_^
--------------------------------------------------------------------------------------------


Kaum Wahabi menciptakan pengajian baru untuk maksud-maksud tertentu, diantaranya adalah untuk menggolongkan manusia yang datang menziarahi makam Rasulullah di Madinah, orang yang bertawasul dan amalan Ahlussunnah wal Jamaah yang lain sebagai orang “kafir” yang bertauhid Rububiyah, dan hanya yang mengikuti mereka saja yang tergolong dalam Tauhid Uluhiyah yang merupakan Tauhid sebenarnya menurut Wahabi. Sebuah monopoli yang merasa paling benar sendiri…


Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Read More

Selasa, 28 Februari 2012

JASAD PARA PAHLAWAN SYAHID PERANG UHUD

JASAD PARA PAHLAWAN SYAHID PERANG UHUD


DR. THARIQ SUWAIDAN


ولا تحســـــــــــــــبن الــــــــــــذين قـــــــــــــــتلوا فى ســــــــــــــــــــــبيل الله أمــــــــــواتا, بل احــــــــــــــــــــــياء عند ربــــــــــــــــــــــهم يرزقون

“Janganlah sekali kali kamu mengira bahwa orang orang yang gugur di jalan Allah itu mati, tetapi mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki.
QS. Al Baqarah, 169.


PARA SYUHADAA’ PERANG UHUD JASAD NYA UTUH SEMENJAK 1400 TAHUN SILAM

DR. Thariq Suwaidan menuturkan dalam buku Silsilah nya yaitu ((QISOH ANNIHAYAH)) dengan mengutip perkataannya guru yang mulia MAHMUD AS SHOWAAF yang telah menjadi saksi peristiwa besar yaitu beliau adalah salah satu ulama yang ikut andil dan partisipasi dalam PEMINDAHAN JASAD PARA SYUHADAA’UHUD.

Bagaimana kondisi jasad mereka radhiyallahu anhum setelah 1400 tahun lebih ini?
Bagaimana jasad mereka bisa tetap ada? Selayaknya utuh tak berubah sedikitpun?
Inilah sebuah kebenaran yang nyata dari ucapan Nabiyil Musthofa Muhammad shalallahu alaihi wa sallam, bahwa “Bumi takkan memakan jasad mereka”


Setelah DR. Thariq Suwaidan mengulas nya panjang lebar, beliau menuturkan dalam rekaman kaset nya mengenai peristiwa ini. Berikut petikannya:

“Telah menceritakan kepadaku Syekh Mahmud Showwaf rahimahullah, bahwa beliau salah satu dari pembesar ulama yang di undang untuk PROSES PENGEMBALIAN PENGUBURAN para Syuhadaa’Uhud para Sahabat radhiyallahu anhum ini ke PERKUBURAN SYUHADAA’UHUD, yang mana telah di ketahui tempat asal tersebut telah di landa banjir sehingga makam para pahlawan uhud ini terkuak dan jasad jasad mereka terlihat (bahkan ada yang mengakatan ada yang mengambang-pent).

Karena bencana ini sehingga di undanglah perkumpulan pembesar para ulama untuk PENGUBURAN KEMBALI jasad para sahabat radhiyallahu anhum tersebut.

Lanjut DR. Thariq Suwaidan; Syeikh Mahmud Sowaaf menceritakan kepada kami bahwa beliau adalah salah satu dari mereka yang hadir sendiri waktu itu, kemudian beliau bercerita:

“Salah satu dari jasad mereka yang aku pendam adalah HAMZAH BIN ABDIL MUTHOLLIB radhiyallahu anhuma”.

Beliau melanjutkan:

“Jasad beliau aku lihat sosok seorang yang gemuk dengan kondisi hidung dan kedua telinganya terpotong, perut nya terkoyak dengan posisi beliau menaruh tangannya diatas perutnya” (persis seperti dalam hadits-pent).

Lalu beliau berkata:

“Kemudian tatkala kami mengangkatnya dan membopongnya, dari tangannya mengalirlah darah segar”.

Aku kuburkan beliau bersama para Syuhadaa’ yang lain nya…

SUBHANALLAH ALLAHU AKBAR !!

-----------------------------------------

اللهم احينا سعداء وامتنا شهداء واجمعنا مع الصدقين والشهداء اللهم ارحم شهدائنا واعفوا عنهم وارحمهم واغفر لهم اللهم اسكنهم فسيح جناتك وارزقنا الشهاده في سبيلك اللهم انا دعوناك كما امرتنا فاستجب لنا كما وعدتنا وصلي اللهم وصلي على محمد وعلى اله وصحبه اجمعين 
اللهم آمين





JASAD SYUHADAA' dengan kulit nya, rambut nya dan kuku kuku nya tersebar bergeletakan di gurun Uhud.


CATATAN KAKI:

- Dalam buku sejarah bencana banjir pertamakali terjadi pada tahun 46 Hijriah atau 667 Masehi atau 43 tahun setelah Perang Uhud yang cerita nya mirip, yaitu jasad jasad mereka mengapung.

- Dalam cerita DR. Thariq ini saya tidak tahu banjir yang keberapa dan tahun berapa.

- DR. Thariq adalah salafi tulen.

- Aku merinding dan menitikan air mata ketika saya membaca dan menuliskan kisah ini. Alhamdulillah saya sudah berkali kali berziarah kesana.

Read More

KUBURAN IMAM BUKHARI RA

KUBURAN IMAM BUKHARI RA

oleh kahel baba Naheel








Halaman.9
TERJEMAHAN TEKS YANG BER BACKGROUND HIJAU


Muhammad bin Abi Hatim menuturkan:

Saya pernah mendengar Abu Abdillah (imam bukhari ra) singgah di kediaman Abi Manshur Ghalib bin Jibril.

Abi Manshur Ghalib bin Jibril bercerita:
Imam Bukhari pernah singgah dirumahku beberapa hari dalam keadaan sakit parah sehingga beliau mengutus seseorang untuk segera pergi ke kota Samarkand (tempat imam bukhari tinggal) untuk menjemput beliau.
Setelah penjemput beliau telah datang dan segalanya telah siap dan untuk menuju kendaraannya, imam bukhari-pun memasang kedua khuff nya dan mengenakan surban nya, di saat beliau berjalan kira kira dapat satu-dua langkah saya membantu memegang lengannya dan seorang lagi bersamaku menuntun nya menuju tunggangannya untuk menaikinya, namun tiba tiba beliau berkata:
“Lepaskan saja aku, sungguh aku benar benar tak berdaya. Kemudian beliau berdoa dengan beberapa bacaan doa, lantas beliau ingin merebah tidur kembali dan melaksankannya.
Tampak keringat beliau bercucuran hingga tak bisa diungkapkan. Keringat itu tak henti henti nya sampai aku menambahi kain lagi didalam pakaian beliau.

Dalam kondisi beliau yang seperti itu, beliau berwasiat kepada kami:
“Nanti kafanilah aku dengan tiga helai kain, tanpa baju dalam dan juga tanpa memakai imamah  (surban-red). Maka pesan wasiat itu semua kami laksanakan.

Setelah kami mengebumikan beliau tiba tiba semerbak tersebar aroma bau wewangian yang amat sangat yang lebih harum daripada misik dan ini bertahan hingga berhari hari.

Kemudian naik semacam cahaya terang memanjang ke langit menghadap kubur beliau, sehingga orang orang pada berasumsi dan merasa heran takjub dibuatnya.
Adapun tanah kuburnya, mereka orang orang meninggikannya sehingga kuburan imam bukhari itu nampak dengan jelas. Kami tidak mampu menjaganya dan melindunginya, karena kejadian ini sudah terlanjur menyebar ke masyarakat sehingga kami kuwalahan. Kemudian dikuburan beliau ini kami memasang sejenis kayu yang saling tumpang tindih berjalinan (semacam pagar-pent) sehingga tak satupun orang yang bisa menjangkau ke kuburan beliau ini.

Adapun aroma harumnya itu…… (bersambung kehalaman berikutnya)

Halaman.10

Tetap bertahan hingga berhari hari sehingga menjadi perbincangan halayak penduduk sekitar yang membuat mereka heran dan berdecak kagum.
Dan setelah kematiannya beliau ini semakin jelas kesalahan orang orang yang selama ini berseberangan dengan beliau, sehingga sebagian dari mereka keluar berziarah ke kuburan beliau. Mereka memperlihatkan taubat mereka dan penyesalannya dari keterburuan mereka atas apa yang pernah mereka selisihkan/tuduhkan dan celaan terhadap jalan pikiran beliau imam bukhari ra.


TERJEMAHAN TEKS YANG BER BACKGROUND KUNING


Abu Ali Al Ghissani berkata:
Telah menceritakan kepada kami Abu Fatah Nasr bin Hasan Assikty Samarkand-ketika beliau tiba di desa kami Lansiyah pada tahun 440-460, dia menuturkan:

Pada suatu tahun, paceklik kemarau panjang tak ada hujan telah melanda kami di daerah Samarkand. Orang orang telah memohon hujan berkali kali, namun tak kunjung hujan. Kemudian datanglah seorang lelaki sholih yang sudah populer ke sholihannya menemui hakim agung desa Samarkand, kemudian dia berkata:

“Aku mempunyai sebuah pendapat, yang hendak aku kemukakan kepada anda!”

Hakim agung itu berkata:”Oh ya, apa itu?”

Dia berkata:
”Aku mempunyai gagasan, bagaimana jika engkau keluar bersama orang orang menuju kuburan nya Imam Muhammad bin ismail Al Bukhari dan kuburan nya itu ada di desa Khartank. Kita disana memohon (kepada Allah) di sisi kuburan nya imam bukhari, siapa tahu Allah menurunkan hujan untuk kita.

Kemudian hakim agung itu berkata:”Baiklah, aku akan melaksanakan pendapatmu itu!”

Maka keluarlah sang hakim agung itu bersama orang orang (menuju kuburan imam bukhari-pent) dan dia memohon turun hujan bersama orang orang nya dan orang orang itu menangis di   sisi kuburannya imam bukhari, dan mereka memohon syafaat (tawasul-menjadikan perantara) DENGAN si empunya kuburan itu sehingga kemudian Allah swt mengutus langit untuk membawa air hujan yang lebat sekali. Akibatnya mereka orang orang (rombongannya hakim agung-pent) berdiam diri tinggal di desa Khartank sekitar seminggu lebih. Tak satupun dari mereka bisa sampai kembali ke desa Samarkand karena terus menerusnya hujan deras tersebut, sedangkan jarak tempuh antara Khartank dan Samarkand adalah + 3 mil.


Sumber: Kitab SYARAH SHOHIH BUKHARI FATHUL BARI (bukan yang milik ibnu hajar)

Karya: IMAM ZAINUDDIN ABDURRAHMAN BIN AHMAD IBNU ROJAB AL HAMBALI.

Halaman: 9-10.

Cetakan: DARUL KUTUB ILMIYAH BEIRUT LEBANON.

------------------------------------------------------------------------------
Mohon maaf dan mohon koreksinya jika ada kesalahan dalam terjemah.
Read More

Bagikan